
Program kemitraan petani swadaya merupakan salah satu program CSR Asian Agri, dan di Sumatera Utara sudah dilakukan sejak tahun 2011 di Kebun Negeri Lama, dan 2014 di Asahan.
Hingga saat ini di Sumut, Asian Agri telah membina petani dengan luas 4199 hektar yang terdiri dari 3313 hektar di Negeri Lama dan 886 hektar di Asahan.
Sosialisasi program tersebut dihadiri oleh Regional Head Plantation I Sumut Arusman Limbong, Manager Kebun PT SMA Bibit Sembiring, Manager Pabrik Ismail, Koordinator CSR Sumut Fajar Suryono, Humas PT SMA Sumarjono, serta dihadiri oleh Kades Teluk Panji, Kades Pengarungan, supplier (agen) buah, petani sawit, tokoh masyarakat, dan undangan lainnya.
Regional Head Plantation I Sumut Arusman Limbong, pada kesempatan itu sangat menyambut baik program kemitraan. Dimana Asian Agri merupakan perusahaan pioner yang melakukan program kemitraan yaitu pola plasma di Riau dan Jambi dengan luas areal 60.000 ha yang terdiri dari 29.000 KK.
“Asian Agri adalah perusahaan kelapa sawit kelas dunia yang berkomitmen untuk menerapkan prinsip keberlanjutan dan ramah lingkungan, hal ini ditandai dengan didapatkannya sertifikasi RSPO, ISCC dan ISPO. Selain itu, Asian Agri merupakan pioner program petani plasma dengan luas 60.000 ha, dengan 29.000 KK,” terangnya.
Arusman Limbong juga menambahkan, sejak 2011, Asian Agri telah memulai program kemitraan petani swadaya, lalu berkembang dan menyebar ke seluruh unit kebun Asian Agri yang ada di Sumut, Riau dan Jambi.

Sementara Koordinator CSR Asian Agri Sumut, Fajar Suryono, menyampaikan, tujuan program adalah peningkatan pemahaman petani dalam pengelolaan kelapa sawit, peningkatan produksi dan kualitas kelapa sawit petani, penghematan biaya operasional pengelolaan kelapa sawit, kepastian pasar secara berkelanjutan dan legalitas buah bagi perusahaan.
“Yang menjadi dasar Asian Agri untuk melakukan program ini disebabkan karena sebagian besar petani swadaya memiliki produktifitas rendah sekitar 15 ton/ha/tahun dibanding dengan petani yang hanya sekitar 20 ton/ha/tahun, lalu kualitas sangat rendah, sumber bibit tidak jelas/tidak standar, tidak ada kelembagaan petani kelapa sawit, sangat sedikit bahkan tidak ada lembaga yang khusus mendampingi petani, Infrastruktur yang tidak memadai dan lain sebagainya,” sebutnya.
Humas Asian Agri, Lidya Veronica Ginting, ditempat terpisah mengatakan bahwa Asian Agri senantiasa berupaya agar keberadaan perusahaan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.
“Salah satu upaya Asian Agri untuk meningkatkan perekonomian masysrakat sekitar adalah dengan melakukan pembinaan dengan petani sawit swadaya yang ada disekitar perusahaan, bahkan perusahaan menargetkan pada tahun 2016 sudah dapat melakukan pembinaan petani swadaya setara dengan luasan lahan 20.000 hektare,” ujarnya.
Salah satu petani yang hadir dari Kampung Bom, Teluk Panji, Safarudin Hasibuan mengatakan sangat menyambut dengan tangan terbuka untuk kerjasama dengan perusahaan.
“Kami sangat senang jika PT SMA berniat bermitra dengan kami dalam mengelola kelapa sawit, kami petani sangat menyadari selama ini produksi kelapa sawit kami masih rendah, karena kurangnya perawatan dan tidak adanya organisasi yang membantu kami,” harapnya. (PL)